PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Penalaran
dalam Kaamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan bahwa penalaran adalah
cara (perihal) menggunakan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman; dan
atau proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau
prinsip. Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang sejenis juga akan terbentuk proporsi-proporsi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proporsi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proporsi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Contoh:
Logam 1 dipanasi dan memuai
Logam 2 dipanasi dan memuai
Logam 3 dipanasi dan memuai
Logam 4 dipanasi dan memuai
Logam 5 dipanasi dan memuai
Dan
seterusnya
Jadi:
semua logam yang dipanasi memuai
Dalam
penalaran, proporsi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Penalaran
ini digunakan sebagai pemecahan masalah. Melalui proses penalaran, kita diajak
untuk memecahkan ragam persoalan yang terdapat dalam kehidupan sehari-sehari.
Dalam proses penalaran yakni proses penalaran deduktif dan induktif.
I. Penalaran
Deduktif.
Penalaran
deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses
penalaran ini disebut Deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada
hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan
kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju
kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai
prestasi social dan penanda status sosial (khusus).
Macam-macam
penalaran deduktif:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu
proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proporsi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
b. Entimen
Entimen adalah
penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya
dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
II. Penalaran
Induktif
Penalaran
induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya
disebut induksi. Penalaran induktif terkait dengan empirisme. Secara impirisme,
ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai dengan fakta dan yang
tidak. Sebelum teruji secara empiris semua penjelasan yang diajukan hanyalah
bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk
menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang umum.
Contoh:
Kucing berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan. Kelinci berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan. Panda berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan
: Semua hewan yang berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan.
Macam-macam
penalaran induktif:
a. Generalisasi
Generalisasi adalah
pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang
diminati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam
pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta seperti, data statistik
dan lain-lain. Macam-macam generalisasi:
Ø Generalisasi
sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan
diselidiki.
Contoh: Sensus penduduk
Ø Generalisasi
tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena
yang diselidiki diterapkan juga untuk semya fenomena yang belum diselidiki.
b. Analogi
Analogi dalam ilmu
bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Analogi
dilakukan karena antara sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya memiliki
kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu
yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang
dimaksud adalah analogi induktif atau analogi logis. Jenis-jenis analogi:
Ø Analogi
Induktif: Analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang
sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima
berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang yang
diperbandingkan.
Ø Analogi
Deklaratif: merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini
sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima
apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
c. Hubungan
Kausal
Penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal
(kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara gejala
kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta
kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang
mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan
sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu
manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Sumber: